KARAKTERISTIK DAN PERBEDAAN
INDIVIDU
Setelah
mempelajari uraian berikut diharapkan Anda dapat :
1. Memahami cirri dan sifat atau
karakteristik umum individu
2. Mengenal aspek-aspek pertumbuhan dan
perkembangan individu
3. Memehami makna pertumbuhan dan perkembangan,
karakteristik dan hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan.
4. Memehami karakteristik siswa sekolah
menengah untuk mempersiapkan rencana kegiatan dalam proses belajar mengajar .
A.
Individu dan karakteristiknya
Pokok isi uraian yang disajikan pada bab ini adalah
karakteristik individu secara umum. Untuk memahami karakteristik individu tersebut, perlu terlebih dahulu dipahami apa
yang dimaksud dengan individu itu.
1.
Pengertian
Individu
“ Manusia” adalah makhluk yang dapat dipandang dari
berbagai sudut pandang. Sejak ratusan tahun
sebelum Isa, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik objek
formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun objek materil yang
mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dan dengan berbagai
kondisinya. Sebagaimana dikenal adanya manusia
sebagai makhluk yang berfikir atau “homo
spiens”, makhluk yang berbentuk atau “homo
faber” makhluk yang dapat dididik atau “homo
educandum”, dan seterunya merupakan pandangan-pandangan
tentang manusia yang dapat digunakan untuk menetapkan cara pendekatan untuk
menetapkan cara pendekatan yang ingin dilakukan tehadap manusia tersebut.
Berbagai pandangan itu membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks.
Kini bangsa Indonesia telah menganut suatu pandangan, bahwa manusia yang
dimaksud secara utuh adalah manusia sebagai pribadi yang mengejawantahankan
menunggalnya bebagai ciri atau karakter hakiki atau sifat kodrati manusia yang
seimbang dari berbagai segi, yaitu antara segi ( i ) individu dan sosial, (ii)
jasmani dan rohani, dan (iii) dunia dan akhirat. Keseimbangan hubungan tersebut
mengambarkan keselarasan hubungan antara manusia dengan dirinya, manusia dengan
sesama manusia, manusia dengan alam sekitar atau lingkungannya, dan manusia
dengan Tuhan.
Uraian manusia dengan kedudukannya sebagai peserta
didik, haruslah menepatkan manusia sebagai pribadi yang utuh. Dalam kaitannya
dengan kepentingan pendidikan, akan lebih ditekankan hakikat manusia kesatuan
sifat makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai kesatuan jasmani dan rohani,
dan sebagai makhluk Tuhan dengan menempatkan hidupnya di dunia sebagai
persiapan kehidupan diakhirat. Sifat-sifat dan ciri-ciri tersebut merupakan hal
yang secara mutlak di sandang oleh manusia, sehingga setiap manusia pada
dasarnya sebagai pribadi atau individu yang utuh. Individu berarti: tidak dapat
dibagi (individed), tidak dapat
dipisahkan ; keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal dan khas.
Seseorang berbeda dengan orang lain kerena ciri-cirinya yang khusus itu (
Webstar’s, :743). Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata
benda dari individual yang berarati orang, perorangan, oknum (Echols : 519).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak
yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilkinya dan dapat
membawa perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Jadi anak
dibantu oleh guru, orang tua, dan orang dewasa lainnya untuk memanfaatkan
kapasitas dan potensi yang dibawanya dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang diinginkan.
Bukti telah jelas bahwa seorang anak tidak
dilahirkan dengan dengan perlengkapan yang sudah sempurna. Dengan sendirinya
pola-pola berjalan, berbicara, merasakan, bepikir, atau pembentukan pengalaman
harus dipelajari. Barangkali tidak ada minat yang bersifat alami, tetapi
dorongan-dorongan potensi tertentu atau impul-impul tertentu membentuk
dasar-dasar dari minat apa saja yang dikembangkan anak dilingkungan tempat ia
tumbuh dan berkembang.
Sejak lahir, bahkan sejak di dalam kandungan ibunya,
manusia merupakan kesatuan psikopisitis atau psikosomatis yang terus mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu merupakan
kodrat sifat kodrat manusia yang harus
mendapat perhatian seksama. Pertumbuhan digunakan
untuk menyatakan perubahan-perubahan kuantitatif mengenai fisik atau biologis
dan istilah perkembangan digunakan
untuk perubahan-perubahan kualitatif mengenai aspek psikis atau rohani dan
aspek sosial.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia
mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pada awal kehidupannya bagi seorang bayi
mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia belum peduli dengan apa yang terjadi di
luar dirinya. Ia sudah merasa senang apabila kebutuhan fisiknya, seperti :
makan, minum, dan kehangantan tubuhnya terpenuhi.. dalam pertumbuhan lebih
luas. Kebutuhannya kian bertambah dan suatu
saat ia membuthkan fungsi alat berkomunikasi (bahasa) semakin penting. Ia
membutuhkan teman, keamanan dan seterusnya. Semakin besar anak, maka kebutuhan
nonfisiknya semakin banyak. Sudah barang tentu setiap manusia akan berupaya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan, baik fisik maupun nonfisik. Apabila
dicermati maka kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dibedakan menjadi dua
kelompok besar, yaitu kebutuhan utama atau primer dan kebutuhan kedua atau
sekunder. Dengan perkataan lain, pertumbuhan fisik senantiasa diikuti
perkembangan aspek kejiwaan atau psikisnya.
2.
Karakteristik
Individu
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau
karakteristik bawaan (heredity) dan
karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan
merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial
psikologis. Pada masa lalu ada keyakinan. Kepribadian terbawa pembawaan (heredity) dan lingkungan ; merupakan
dua faktor yang tebentuk karena faktor tepisah, masing-masing mempengaruhi
kepribadian dan kemempuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya
sendiri-sendiri. Namun kemudian makin disadari bahwa apa yang dipikirkan dan di
kerjakan seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seorang anak, remaja atau
dewasa, merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada di antara faktor-faktor
biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
Seorang anak mungkin memulai pendidikan formalnya di
tingkat taman kanak-kanak pada usia 4 atau 5 tahun. Pada awal ia memasuki
sekolah mungkin tertunda sampai ia berusia 5 atau 6 tahun. Tanpa memperdulikan
berapa umur seorang anak, karakteristik pribadi dan kebiasaan-kebiasaan yang
dibawanya ke sekolah akhirnya terbentuk oleh pengaruh penting terhadap
keberhasilannya di sekolah dan masa perkembangan hidupnya di kelak kemudian.
Natur dan Nurture
merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosioanal
pada setiap tingkat perkembangan. Sejauh mana seseorang dilahirkan menjadi
seseorang individu seperti “dia” atau sejauh mana seseorang dipengaruhi subjek
penilitian dan diskusi. Karakteristik yang terkait dengan perkembangan faktor
biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang berkaitan
dengan sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari
dua garis keluarga, yaitu garis keluarga ayah dan garis keluarga ibu. Sejak
saat terjadinya perubahan atau konsepsi kehidupan yang baru itu secara
berkesinambungan dipengaruhi banyak dan bermacam-macam faktor lingkungan yang
merangsang. Masing-masing perangsangan tersebut, baik terpisah atau terpadu
dengan rangsangan lain, semuanya membantu perkembangan-perkembangan
potensi-potensi biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia yang dibawa
sejak lahir. Hal itu akhirnya membentuk suaotu pola karakteristik yang
dapat mewujudkan seseorang sebagai
individu yang berkarakteristik berbeda dengan individu-individu lain.
B. Perbedaan
Individu
Dari
bahasa bermacam-macam aspek perkembangan individu dikenal ada dua fakta yang
menonjol, yaitu (i) semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola
perkembangannya dan (ii) di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang
membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap individu
mempunyai kecendrungan yang berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut secara
keseluruhan lebih banyak bersifat kualitatif dan bukan kualitatif.
Setiap
orang, apakah ia berada seorang anak atau seorang dewasa,dan apakah ia berada
dalam suatu kelompok atau seorang diri, ia disebut individu. Individu
menunjukan kedudukan seseorang sebagai orang perorangan atau perseorangan. Sifat
individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan. Ciri dan
sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut dengan
perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka “perbedaan” dalam “perbedaan
individual” menurut Landgren (1980 : 578) menyangkut variasi yang terjadi, baik
fariasi pada aspek fisik maupun
fsikologis. Seorang ibu yang memiliki seorang bayi, bertutur bahwa bayinya
banyak menangis, banyak bergerak, dan kuat minum. Ibu lain yang juga memiliki
seorag bayi, menceritakan bahwa bayinya pendiam, banyak tidur, tetapi kuat
minum. Cerita kedua ibu itu telah menunjukan bahwa kedua ibu itu telah
menunjukan bahwa kedua bayi itu memiliki ciri dan sifat yang berbeda satu sama
lainnya.
Seorang
guru setiap ajaran tahun baru selalu menghadapi siswa-siwa yang berbeda satu
sama lain. Siswa-siswa yang berada dalam sebuah kelas, tidak terdapat seorang
pun sama. Mungkin sekali dua orang dilihatnya hampir sama atau mirip, tetapi
pada kenyataannya jika diamati benar-benar antara keduanya tentu terdapat
perbedaan. Perbedaan yang segera dapat dikenal oleh seorang guru tentang siswanya adalah perbedaan
fisiknya, seperti tinggi badan, bentuk badan, warna kulit, warna muka, bentuk
muka dan semacamnya. Dari fisiknya seorang guru cepat mengenal siswa satu per
satu. Cirri lain yang segra dapat dikenal adalah tingkah lau masing-masing
siswa, begitu pula suara mereka. Ada siswa yang lincah, banyak gerak, pendiam,
dan senagainya. Ada siswa yang nada suaranya kecil dan ada yang besar atau
rendah, ada yang berbicara cepat dan ada pula yang pelan-pelan. Apabila
ditelusuri secara cermat siswa yang satu dengan yang lain memiliki sifat psikis
yang berbeda-beda.
1. Bidang-Bidang
Perbedaan
Upaya pertama yang dilakukan untuk mengetahui
perbedaan individu, sebelum dilakukan pengukuran kapasitas mental yang
mempengaruhi penilaian sekolah, adalah menghitung umur kronologi. Seorang anak
memasuki sekolah dasar pada umur 6 tahun dan ia diperkirakan dapat mengalami
kemajuan secara teratur dalam tugas-tugas sekolahnya dilihat dalam kaitannya
dengan faktor umur. Selanjutnya ada anggapan bahwa semua anak diharapkan mampu
menangkap/mengerti bahan-bahan pelajaran yang mempunyai kesamaan materi dan penyajiannya
bagi semua siswa pada kelas yang sama. Ketidakmampuan yang jelas tampak pada
siswa untuk menguasai bahan pelajaran umumnya dijelaskan dengan pengertian
faktor-faktor seperti kemalasan atau sifat keras kepala. Penjelasan itu tidak
mendasarkan kenyataan bahwa siswa memang berbeda dalam kemampuan mereka untuk
menguasai satu atau lebih bahan pelajaran dan mungkin berada da am satu tingkat
perkembangan.
Telah disadari bahwa perbedaan-perbedaan antara satu
dengan yang lainnya dan juga kesamaan-kesamaan di antara mereka merupakan
cirri-ciri dari semua pelajaran pada suatu tingkat pelajaran. Sebab-sebab dan
pengaruh perbedaan individu ini dan sejauh mana tingkat tujuan pendidikan, isi
dan teknik-teknik pendidikan ditetapkan, hendaknya disesuaikan dengan
perbedaan-perbedaan tersebut, tampaknya hal ini telah mendapat banyak perhatian
dari para ahli jiwa dan petugas sekolah.
Umur kronologis sebagai faktor yang mewakili tingkat
kematangan siswa dank arena itu memungkinkan ia dapat didik hendaknya dilihat
sebagai komponen kejiwaan. Tidak peduli betapa tingginya kemampuan mental atau
fisik seorang anak seusia tiga tahun, ia tidak diharapkan untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan anak usia 14 tahun karena perbedaan tingkat kematangan.
Kecakapan mental secara umum seperti diukur dengan tes intelegensi merupakan
indeks kesiapan anak untuk belajar. Kecakapan khusus yang dimilki anak berbeda
antara anak yang satu dengan yang lainnya: masalah ini perlu dipertimbangkan
pula, terutama dalam mempelajari hal-hal yang memerlukan kemampuan mental
tinggi. Tambahan lagi, kesiapan untuk melibatkan diri dalam situasi belajar
tertentu berbeda antara individu satu
dan yang lainnya setiap tingkatan umur.
Garry 1963 (Oxendine, 1984: 317) mengatagorikan
perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut :
1. Perbedaan fisik : usia, tingkat dan
berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
2. Perbedaan social termasuk statuuus
ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif,
minat, dan sikap.
4. Perbedaan intelegensi dan perbedaan
dasar.
5. Perbedaan kecakapan atau kepandaian di
sekolah..
0 komentar:
Posting Komentar