Peranan
Pengajaran Geografi dalam Pendidikan
Pendidikan nasional yang dilandasi oleh pancasila, dapat pula dikonsepkan sebagai pendidikan pancasila. Karena tujuan pembangunan nasional pada era ini adalah pendidikan yang dirahkan untuk membangun manusia yang membangun diri sendiri dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa, maka pendidikan nasional ini juga dapat dikonsepkan sebagai pendidikan pembangunan.
Pendidikan nasional yang hakikatnya adalah pendidikan pancasila pembangunan dan pendidikan pembangunan pancasila, merupakan proses yang harus ditunjang oleh semua bidang pendidikan dan pengajran di tiap jenjang pendidika formal. Kedalamnya termasuk juga tugas pengajaran geografi merealisasikan tujuan pendidikan itu.
Dalam teori filsafat hukum terdapat istilah das sein dan das sollen. Das Sein berarti keadaan yang sebenarnya pada waktu sekarang, sedangkan das Sollen berarti apa yang dicita-citakan; apa yang harus ada nanti, atau untuk singkatnya arti dari keduanya adalah "yang ada dan yang seharusnya". Keduanya diambil dari bahasa Jerman .
Das Sollen adalah segala sesuatu yang mengharuskan kita untuk berpikir dan bersikap. Contoh : dunia norma, dunia kaidah dsb. Dapat diartikan bahwa das sollen merupakan kaidah dan norma serta kenyataan normatif seperti apa yang seharusnya dilakukan. Das Sein adalah segala sesuatu yang merupakan implementasi dari segala hal yang kejadiannya diatur oleh das sollen dan mogen. Dapat dipahami bahwa das sein merupakan peristiwa konkrit yang terjadi. Das Sein adalah sebuah realita yang telah terjadi sedangkan Das Sollen adalah apa yang sebaiknya dilakukan yaitu sebuah impian dalam dunia utopia yang menjadi keinginan dan harapan setiap manusia sedangkan Das Sollen merupakan realita yang menimpa manusia itu sendiri. Hal inilah yang disebut dengan sebuah harapan dan kenyataan.
Geografi yang semulanya disebut ilmu bumi sebagai pengetahuan diajarkan di perguruan tinggi dengan sebutan geografi akademis dan di sekolah dasar sampai sekolah lanjutan atas dengan sebutan geografi sekolah atau geografi pengajaran. Sebutan ilmu bumi dirasa sekarang kurang tepat; ilmu bumi lebih cocok untuk geologi (dari kata yunani geos dan logos), yaitu suatu pengetahuan alam yang mempelajari bumi seutuhnya, dari kulit luar sampai intinya, tetapi tanpa memperhatikan hubungan bumi secara khusus dengan manusia yang menghuninya.
Pengertian geografi yang sebenarnya adalah uraian (grafien artinya menguraikan atau melukiskan) tentang bumi (geos) dengan segenap isinya, yakni manusia, yang kemudian ditambah lagi dengan dunia hewan dan dunia tumbuhan. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa geografi merupakan suatu ilmu mempelajari seluk-beluk permukaan bumi serta hubungan timbal balik antar manusia dan lingkungannnya.
Geografi tidak hanya memiliki kepentingan yang terletak pada sumbangannya yang mendasar bagi lahirnya ilmu-ilmu baru, akan tetapi pada isinya yakni yang menelaah relasi antara manusia dan lingkungan alamnya. Dengan demikian sudah selayaknya bahwa geografi disebut pula ilmu tentang sebaran gejala-gejala alami dan manusiawi di permukaan bumi, atau juga ilmu tentang integrasi wilayah yakni bagaimna wilayah tersusun oleh gejala-gejala fisis dan sosial.
Geografi jika diperiksa sampai bagian-bagiannya akan menimbulkan kesan yang bermacam-macam, sehingga muncul aneka gagasan tentang hakekatnya. Dibawah ini terdapat enam jenis hakekat dari geografi yaitu
Pendidikan nasional yang dilandasi oleh pancasila, dapat pula dikonsepkan sebagai pendidikan pancasila. Karena tujuan pembangunan nasional pada era ini adalah pendidikan yang dirahkan untuk membangun manusia yang membangun diri sendiri dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa, maka pendidikan nasional ini juga dapat dikonsepkan sebagai pendidikan pembangunan.
Pendidikan nasional yang hakikatnya adalah pendidikan pancasila pembangunan dan pendidikan pembangunan pancasila, merupakan proses yang harus ditunjang oleh semua bidang pendidikan dan pengajran di tiap jenjang pendidika formal. Kedalamnya termasuk juga tugas pengajaran geografi merealisasikan tujuan pendidikan itu.
Dalam teori filsafat hukum terdapat istilah das sein dan das sollen. Das Sein berarti keadaan yang sebenarnya pada waktu sekarang, sedangkan das Sollen berarti apa yang dicita-citakan; apa yang harus ada nanti, atau untuk singkatnya arti dari keduanya adalah "yang ada dan yang seharusnya". Keduanya diambil dari bahasa Jerman .
Das Sollen adalah segala sesuatu yang mengharuskan kita untuk berpikir dan bersikap. Contoh : dunia norma, dunia kaidah dsb. Dapat diartikan bahwa das sollen merupakan kaidah dan norma serta kenyataan normatif seperti apa yang seharusnya dilakukan. Das Sein adalah segala sesuatu yang merupakan implementasi dari segala hal yang kejadiannya diatur oleh das sollen dan mogen. Dapat dipahami bahwa das sein merupakan peristiwa konkrit yang terjadi. Das Sein adalah sebuah realita yang telah terjadi sedangkan Das Sollen adalah apa yang sebaiknya dilakukan yaitu sebuah impian dalam dunia utopia yang menjadi keinginan dan harapan setiap manusia sedangkan Das Sollen merupakan realita yang menimpa manusia itu sendiri. Hal inilah yang disebut dengan sebuah harapan dan kenyataan.
Geografi yang semulanya disebut ilmu bumi sebagai pengetahuan diajarkan di perguruan tinggi dengan sebutan geografi akademis dan di sekolah dasar sampai sekolah lanjutan atas dengan sebutan geografi sekolah atau geografi pengajaran. Sebutan ilmu bumi dirasa sekarang kurang tepat; ilmu bumi lebih cocok untuk geologi (dari kata yunani geos dan logos), yaitu suatu pengetahuan alam yang mempelajari bumi seutuhnya, dari kulit luar sampai intinya, tetapi tanpa memperhatikan hubungan bumi secara khusus dengan manusia yang menghuninya.
Pengertian geografi yang sebenarnya adalah uraian (grafien artinya menguraikan atau melukiskan) tentang bumi (geos) dengan segenap isinya, yakni manusia, yang kemudian ditambah lagi dengan dunia hewan dan dunia tumbuhan. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa geografi merupakan suatu ilmu mempelajari seluk-beluk permukaan bumi serta hubungan timbal balik antar manusia dan lingkungannnya.
Geografi tidak hanya memiliki kepentingan yang terletak pada sumbangannya yang mendasar bagi lahirnya ilmu-ilmu baru, akan tetapi pada isinya yakni yang menelaah relasi antara manusia dan lingkungan alamnya. Dengan demikian sudah selayaknya bahwa geografi disebut pula ilmu tentang sebaran gejala-gejala alami dan manusiawi di permukaan bumi, atau juga ilmu tentang integrasi wilayah yakni bagaimna wilayah tersusun oleh gejala-gejala fisis dan sosial.
Geografi jika diperiksa sampai bagian-bagiannya akan menimbulkan kesan yang bermacam-macam, sehingga muncul aneka gagasan tentang hakekatnya. Dibawah ini terdapat enam jenis hakekat dari geografi yaitu
The Continuum of Geography
Ritter, ME. The Physical Environment
An Introduction to Physical Geography
· Geografi
sebagai ilmu pengetahuan bio-fisis, ini berlaku apabila yang dipelajari itu
geografi fisis dan geografi biotis yang mendasri telaah atas seluk-beluk tanah.
· Geografi
sebagai relasi timbal balik manusia alam, ini berlaku apabila yang dibahas itu
topik-topik dalam geografi social, seperti pengangguran, migrasi kelaparan.
· geografi
sebagai ekologi manusia, disini ditelaah adaptasi manusia terhadap habitatnya
dan dan biomenya.
· Geografi
sebagai telaah bentang alam (land-sacpe study), disini bidang geomorfologi yang
dikupas secara mendalam, misalnya daerah karst, pantai ayng datar, pegunungan
lipat.
· Geografi
sebagai telaah tentang sebaran gejala alam atau gejala sosial tertentu.
Misalnya gunung berapi, tanah gambut dan yang lainnya.
Pembelajaran Geografi yang Ideal (das sollen)
Pembelajaran Geografi yang Ideal (das sollen)
A. Guru
Geografi yang Ideal
Tiap-tiap
mata pelajaran di sekolah lanjutan membtuhkan guru yang ideal. Adapun syarat
untuk menjadi guru geografi yang baik tak hanya terbatas pada pendidikan yang
diikuti sebelumnya yang menghasilkan ijazah dan wewenang bagi yang bersangkutan
untuk mengajar. Disamping itu masih diperlukan beberapa keistimewaan pada guru
itu sendiri untuk dilatih dan dikembangkan lanjut.
Menurut
Daljoedni (1982:122) Ada lima tuntutan yang perlu dipenuhi oleh guru geografi
yang ideal diantaranya :
· Ia harus
mempunyai perhatian yang cukup banyak kepada permasalahan manusia.
· Ia mempunyai
kemampuan untuk menemukan sendiri factor-faktor lokastif, pola-pola regional
dan relasi keruangan yang terkandung oleh ataupun tersembunyi di belakang
gejala-gejal sosial.
· Ia suka dan
mampu mengadakan observasi pribadi di lapangan.
· Ia secara
sederhana dapat mensintesekan data-data yang berasal dari berbagai sumber.
· Ia mampu
membedakan serta memisahkan kausalitas sungguh, dari halhal yang sifatnya hanya
kebutuhan belaka.
Apabila lima
hal tersebut di atas belum timbul dan dirasakan oleh guru geografi, itu masih
dapat dibangkitkan, dibimbing dan disempurnakan. Caranya dengan banyak membaca
buku-buku tuntunan pengajaran geografi, membentuk kelompok studi antar guru
geografi, memperhatikan wilayahnya sendiri dari segi geografis dengan bantuan
dengan bantuan dengan bantuan berbagai dinas dan jawatan setempat. Hanyalah
dengan guru geografi yang ideal dapat dijamin pemberian pengajaran yang lebih
causal daripada causal, artinya yang lebih berfungsi merelasikan manusia dengan
lingkungan daripada ynag sekedar menghafalkan data dan fakta.
B. Metode
mengajar Geografi
Pada proses
belajar megajar bidang pendidikan dan bidang pengajran apa pun, metode ceramah
menjadi metode dasar yang sukar untuk ditinggalkan. Oleh karena itu, kita harus
menerapkan metode “ceramah bervariasi” ataupun multimetode. Dalam memupuk anak
didik berani bertanya dan menjawab pertanyaan, metode ceramah tadi dilengkapi
oleh metode tanya jawab. Metode ceramah dengan metode tamya jawab pada proses
belajar megajar geografi, dapat menghindarkan kejemuan dan kebosanan anak didik
mengaikuti ceramah. Metode mengajar yang memberikan keaktifkan lebih jauh
kepada anak didik (CBSA) yaitu metode tugas (metode tugas belajar, metode
resitasi). Metode ini pada pengajran geografi menjadi sarana memupuk
kreativitas, inisiatif, kemandirian, kerjasama atau gotong royong dan
meningkatkan minat pada geografi.
Metode
mengajar geografi yang membangkitkan motivasi dan kreativitas berpikir serta
keterlibatan dalam proses adalah metode diskusi. Keikutsertaan dan keterlibatan
anak didik alam proses belajar mengajar geografi pada diskusi ini lebih
terjamin. Hanya dalm ini dituntut lebih akurat pengelolaan dan pengorganisasian
kelas menciptaklan suasana yang serasi. Metode demonstrasi dan eksperimen, pada
batas-batas tertentu dapat diterapkan pada proses belajar megajar gepgrafi.
Manfaat metode demonstrasi dan eksp[erimen ini antar lain mengembangkan
keterampilan, mengamati gejala geografi secara langsung meskipun dalm bentuk
mini dan buatan. Manfaat lain adalah keterlibatan dan keikutsertaan anak didik
dalam proses, serta pemanfaatan sumber daya masyarakat dalam pendidikan dan
pengajaran. Melalui penerapan metode karyawisata pada proses belajar megajar
geografi, dasr mental anak didik yang maliputi dorongan ingin tahu (sense of
curiosity) minat (sense of interest), ingin menemukan sendiri gejala-gejala
geografi di lapangan (sense of discovery) dapt dibina dan dikembangkan. Tekanan
penting pada proses belajar megajar geografi dengan menerapkan metode
karyawisata ini adalah dapt disaksikan dan diamatinya gejala atau masalah
geografi secara langsung oleh anak didik di lapangan.
Pada
batas-batas tertentu, proses belajar megajar geografi dapt menerapkan metode
sosiodrama dan bermain peran, metode kerja kelompok. Hanya dalam hal ini, guru
geografi harus melakukan seleksi pokok bahasan yang tepat untuk
didramatisasikan dan untuk dijadikan kerja kelompok. Berdasarkan uraian yang
telah diketengahkan di atas, metode mengajar yang dapat diterapkan pada proses
belajar megajar geografi dapat dikelompokan dalam dua kelompok besar, yaitu
pertama metode dalam ruangan (ceramah, tanya jawab, diskusi, sosiodrama, dan
bermain peran serta kerja kelompok), kedua metode di luar ruangan (metode tugas
belajar dan karyawisata).
C. Media
Pengajaran Geografi
Pengajaran
geografi hakikatnya adalah pengajaran tentang gejala-gejal geografi yang
tersebar di permukaan bumi. Untuk memberikan citra tentang penyebaran dan
lokasi gejalagejala tadi kepada anak didik, tidak hany diceramahkan,
ditanyajwabkan, dan didiskusikan, melainkan harus ditunjukan dan diperagakan.
· Peta merupakan
konsep dan hakikat dasar pada geografi dan pengajran geografi. Oleh karena iru,
mengajrkan dan mempelajari geografi tanpa peta, tidak akan emmbentuk citra dan
konsep pada diri anak didik yang mempelajarinya.
· Citra merupakn
gambaran suatu gejala atau objek hasil rekaman dari sebuah sensor, baik dengan
cara optik, elektrooptik maupun elektronik. Citra merupakan salah satu jenis
data hasil penginderaan jauh yang berupa data visual/gambar. Citra sering
disebut dengan Image atau Imagery.
· Atlas adalah
kumpulan peta dalam bentuk buku. Dalam atlas ini disajikan berbagai peta
berdasrkan kenegaraan, gejal alam, penyebaran sumber daya, penyebaran aspek
kebudayaan dan sebagainya.
· Globe merupakan
model dan bentuk yang sangat mini dari bola bumi. Globe ini selain fungsinya
sama dengan peta dan atlas, lebih jauh lagi ia dapt membina dan mengembangkan
citra serta konsep tentang waktu, iklim, musim dan gejal-gejala alam lainnya
baik yang berkenaan dengan atmosfer, hidrosfer, maupun litosfernya. Dengan
demikian, penggunaan dan pemanfaatn globe sebagai media pengajran geografi,
dapat lebih meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor anak didik
tentang relasi keruangan gejala-gejala geografi di permukaan bumi.
· Gambar dan potret
yang berkenaan dengan gejala-gejala geografi, selain diadakan oleh sekolah dan
guru, dapat pula pengadaannya ditugaskan kepada anak-anak. Gambar dan potret
yang dikumpulkan oleh anak-anak bukan untuk disimpan tanpa pemanfaatannya,
tetapi untuk membantu meningkatkan keberhasilan proses belajar megajar
geografi.
· Slide, film dan
VTR merupakan media pengajaran modern yang membantu, membina citra dan konsep
geografi lebih meningkat pada diri anak didik.
· Diagram dan
grafik yang dapat mendeskripsikan data kuantitatif gejal-gejala geografi, dapat membantu
meningkatkan citra dan konsep geografi yang bersifat matematis-kuantitatif
kepada anak didik. Dari citra konsep tadi, mereka akan memahami tentang relasi,
interelasi, dan interaksi keruangan gejala-gejala geografi yang dapat
menimbulkan ketimpangan dan masalah.
· Media cetak yang berupa
surat kabar, majalah dan terutama buku, Media cetak ini menjadi sumber
informasi yang memperkaya citra dan konsep geografi pada anak didik.
Pemanfaatannya tentu saja menuntut prasyarta tentang kemmapuan dan minat baca
serta kemmapuan berbahasa. Oleh karena itu, secara bertahap prasyart ini
dipenuhi melalui tugas membaa dari kita guru geografi.
D. Teknik-Strategi
Mengajar Geografi
Teknik
strategi mengajar adalah cara berusaha dan bertindak yang diarahkan kepada anak
didik untuk mencapi tujuab instruksional. Dalam hal ini tekanan tujuan itu dapt
diarahkan kepada memmupuk keberanian bertanya, kepada kemampuan konseptual,
kepada nilai dan sikap, keterampilan dan kepada pengembangan inkuiri serta
berpikir kritis. Dengan demikian, terdapat beberapa hal yang diperlu dikenal
dalam teknik-strategi mengajar geografi diantaranya :
· Tata cara
bertanya efektif
· Pembinaan
konsep dan pengembangan generalisasi
· Penanaman
nilai dan sikap
· Pengembangan
keterampilan
· Pengembangan
inkuiri dan berpikir kritis.
E. Model
Pengajaran Geografi
Pengajaran
geografi yang mengembangkan materi geografi sesuai dengan hakikatnya,
senantiasa menelaah gejala dan masalah geografi dalam konteks keruangannnya.
Oleh karena itu, pada proses belajar mengajar geografi selalu harus melihat
gejala atau masalah tadi yang kita telaah. Meskipun pada bidang geografi kita
memiliki pendekatan keruangan dan pendekatan regional yang khas geografi, kita
dapat pula menerapkan pendekatan ekologi yang sifatnya tidak jauh berbeda
dengan pendekatan keruangan ataupun pendekatan regional.
Model
pengajaran pada dasarnya berlandaskan hubungan terpadu antara mengajar dan
belajar. Mengajar yang merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru, hakikatnya
adalah suatu kiat (seni praktis) yang diterpakan guru dalam menciptakan suasana
pendidikan yang serasi dalam merealisasikan tujuan. Oleh karena itu, seorang
guru yang baik adalah perpaduan antar pekerja lapangan yang praktis-terampil
dengan seniman yang mampu menciptakan suasana pendidikan menjadi hidup dan
nyaman.
a) Model
Pengajaran Disiplin Mental
Pada model
pembelajaran ini, penekanan prosesnya berlandaskan kekuatan otak yang meliputi
ingatan, kemauan dan penalaran. Model pengajaran ini juga berlandaskan
pandangan bahwa kekuatan otak manusia itu juga berpusat pada minat dan nilai
yang menyatukan diri manusia dengan lingkungannya. Oleh karena itu, pada
pengembangan model pengajran disiplin mental ini latihan ingatan, kemauan dan
penalaran untuk menanamkan minat dan nilai menjadi landasan proses utama.
Melalui proses ini manusia akan mengerti tentang kebutuhan dan lingkungan yang
membimbing kea rah tindakan untuk berhubungan dengan anggota masyarakta
lainnya.
b) Model
Pengajaran Stimulus-Respon
Model
pengajaran stimulus-respon, berakar dari teori behaviorisme. Dalam teori
stimulus-respon (S-R), belajar itu merupakan proses hubungan (koneksi) antara
peristiwa atau unit mental dengan peristiwa atau unit fiskal yang membentuk
proses stimulus-respon. Model pengajaran stimulus-respon menerapkan teori
rangsangan untuk menciptakan situasi belajar membangkitkan reaksi
mental-fisikal anak didik dalam mempelajari geografi.
c) Model
Pengajaran Kognitif
Pengembangan
model pengaran kognitif dilandasi oleh teori belajra kognitif yang paradigmanya
berpusat pada interaksi manusia dengan lingkungan psikologis secara serempak.
Manusia merupakan subjek yang aktif terhadap lingkungannya dalam mengembnagkan
motivasi untuk belajar. Guru geografi berkewajiban menciptakan suasana untuk
mendorong subjek anak didik dalam mempelajari geografi bagi peningkatan
kemampuan kognitifnya. Dalam model pengajran kognitif, anak didik dikembangkan
kemampuan belajarnya dalam bentuk interaksi dengan lingkungan manusia termasuk
dirinya sendiri dan alam sekitarnya. Dengan demikian, model pengajaran kognitif
ini serasi dengan pengajaran geografi yang menelaah interaksi keruangan
gejala-gejala di permukaan bumi.
d) Model
Pengajaran Sintetik
Sesuai
dengan tujuan instruksional dan tujuan pendidikan yang harus direalisasikan,
tiap model pengajran ada segi penekanan pada matra tujuan tertentu. Oleh karena
itu, dalam menerapkan model-model pengajaran tersebut di atas pada pengajaran
geografi juga tidak dapat secar mutlak satu model diisolasikan dari model
lainnya. Dengan demikian, guru geografi harus mampu menerapkan model pengajaran
sintetik yang memadukan ketiga model di atas.
F. Evaluasi
Pengajaran Geografi
Evaluasi
pada proses belajar mengajar dapat dikatakan sebagai kulminasi kegiatan proses
belajr mengajar tersebut. Geografi yang dekat dengan alam terbuka, evaluasinya
juga dapat dilakukan di alam terbuka tersebut. Tugas mengamati, mengumpulkan
data, dan membuat laporan hasil kerja di lapangan, dapat dijadikan bahan
evaluasi pada pengajran geografi.
a) Fungsi Evaluasi
Pada Pengajaran Geografi
Evaluasi
pada pengajaran geografi fungsinya hampir sama dengan yang berlaku pada
pengajaran yang lainnya, yaitu :
· Mengungkapkan
penguasaan siswa terhadap materi geografi yang telah diperolehnya dalam proses
belajar megajar, termasuk materi pokok dan pengayaannya.
· Menemukan
kelmahan-kelemahan materi yang telah disajikan, metode, media, strategi
pengajran geografi yang diterapkan, termasuk tujuan yang telah dirumuskan.
· Mengungkapkan
terpenuhi atau tidak terpenuhinya tugas guru dalam proses belajar megajar
geografi.
· Mengungkapkan
tingkat perkembangan siswa secara individual dalam mempelajari geografi.
b) Tujuan
Evaluasi pada Pengajaran Geografi
Tujuan yang
ingin dicapai oleh evaluasi pengajaran geografi sebagai hasil proses belajar
megajar, sebagai berikut :
· Membuat
laporan prestasi siswa berkenaan dengan hasil mempelajari geografi.
· Mendapatkan
umpan balik hasil evaluasi proses belajar megajar geografi terhadap
keberhasilan kerja guru geografi selam proses belajar megajar itu dilaksanakan.
· Menemukan
faktor-faktor pendorong dan penghambat keberhasilan proses belajar megajar
geografi, baik yang dialami oleh guru selama mengajar geografi maupun yang
dialami para siswa dalam mempelajri geografi tersebut.
· Menyusun
program bimbingan individual para siswa yang mengalami kesukaran atau hambatan
dalam mempelajari geografi.
· Meningkatkan
rangsangan kegiatan belajar para siswa dalam bidang geografi, agar mereka
memperoleh makna yang sebesar-besarnya dari proses mempelajari geografi itu.
c) Bentuk
Evaluasi pada Pengajaran Geografi
Secara
menyeluruh, bentuk evaluasi pada pengajaran geografi meliputi bnetuk tes dan
non tes. Bentuk tes itu sebgai berikut :
· Bentuk tes
meliputi tes objektif, tes esai dan tes lisan
· Bentuk non
tes berupa laporan tugas dan penampilan.
Dengan
mengindahkan ketentuan-ketentuan tersebut diatas, dapat diharapakan hasil
evaluasi itu mengungkapkan secar memadai dan wajar sesuai dengan hakkat
geografi dan pengajran geografi. Dengan demikian, pengajaran geografi itu mampu
menunjang tujuan pendidikan nasional.
Pembelajaran
Geografi yang Ada (das sein)
A. Temuan di
Lapangan Implementasi Kompetensi Profesional Guru Geografi
Kompetensi
profesional yang hendaknya dikuasai oleh guru sudah tercantum dalam
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, namun dalam implementasinya masih ada
beberapa guru yang dapat dikatakan tidak menguasai salah satu atau beberapa
kompetensi tersebut. Hal tersebut dapat kita lihat dari kinerja guru pada saat
pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:
a. Masih ada
guru yang tidak menguasai materi pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik.
b. Guru masih
beranggapan bahwa penggunaan LCD sebagai alat pembelajaran kurang efektif.
c. Media yang
disediakan di sekolah belum dimaksimalkan oleh guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar.
d. Belum semua
guru membuat RPP yang seharusnya digunakan sebagai acuan pelaksanaan
pembelajaran.
e. Umumnya para
guru masih menyusun KTSP Buku II (silabus, RPP dan LKS) dengan teknik “copy
paste”, yang berarti mereka belum menyusun silabus, RPP dan LKS berdasar
keperluan dan kondisi mereka sendiri;
f. Meskipun
mereka mengaku memiliki RPP, namun ketika proses pembelajaran siswanya
diobservasi, semua guru tidak membawa RPP dengan alasan tertinggal di rumah;
g. Dari
analisis RPP yang diperoleh ternyata terdapat perbedaan antara apa yang
dituliskan dengan apa yang diimplementasikan di kelas. Di RPP guru menuliskan
penggunaan pendekatan konstruktivistik, guru berperan selaku fasilitator, namun
dari observasi di kelas dapat diketahui bahwa guru lebih dominan, banyak
menggunakan ceramah, para siswa pasif, dan guru tidak memahami bagaimana
mengimplementasikan pendekatan konstruktiivistik di kelas sebagaimana
disarankan kurikulum 2006;
h. Pengelolaan
kelas dilakukan secara konvensional sehingga tidak memungkinkan terjadinya
interaksi antar siswa,
i. Dalam
melakukan evaluasi/assesmen, umumnya guru menggunakan tes secara tertulis,
sehingga tes hanya berorientasi ke ranah kognitif, hanya beberapa guru yang
menggunakan rubrik untuk assesmen. Ini berarti bahwa pemahaman guru tentang
asesmen hanya pada ranah kognitif, tidak sampai pada ranah afektif dan
psikomotor.
B. Hambatan
Implementasi Kompetensi Profesional Guru Geografi
Ada beberapa
permasalahan yang muncul berkaitan dengan profesionalisme guru, yang antara
lain sebagai berikut.
a. Proses
penempatan guru yang tidak terarah, tidak adil dan tidak proporsional.
b. Rasio jumlah
guru terhadap jumlah peserta didik semakin tidak seimbang.
c. Masih ada guru
yang memiliki pekerjaan di bidang lain.
d. Menumpuknya
guru pada pangkat IV/a.
e. Sikap
Konservatif Guru
f. Kurang/Tidak
Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
g. Masih banyak
guru yang:
· Kurang mampu
memanfaatkan komputer dalam pembuatan perangkat pembelajaran,
· kurangnya
kemampuan dalam memanfaatkan penggunaan komputer dalam pengolahan data dan
nilai peserta didik,
· kurangnya
kemampuan menggunakan komputer untuk pengembangan bahan ajar/bahan presentasi.
h. Kurang waktu
dan kesempatan yang digunakan guru untuk membaca serta mengikuti kemajuan zaman
dengan cara memperoleh berbagai informasi dari berbagai sumber seperti membaca
buku-buku tentang metodologi pembelajaran, atau hasil-hasil penelitian,
mendapatkan informasi dari internet, dsb.
i. Guru tidak
memiliki waktu cukup untuk menerapkan metode, pendekatan dan model-model
pembelajaran yang disarankan.
j. Jika
menghadapi Ujian Nasional, guru cenderung mengadakan drill dan latihan
soal-soal ujian.
k. Media dan
laboratorium tidak mencukupi/tidak ada.
l. Jam mengajar
guru terlalu banyak
m. Rendahnya
kualitas Kepala Sekolah
n. Latar
belakang siswa (kemampuan rendah, dari keluarga menengah ke bawah, dari
desa/daerah terpencil) yang sulit untuk diajak aktif dan kreatif;
Kiat mengatasi kesenjangan Das Sollen dan Das Sein
Kiat mengatasi kesenjangan Das Sollen dan Das Sein
A. Solusi Implementasi Kompetensi Profesional Guru Geografi
Solusi yang ditawarkan untuk
mengatasi hambatan dalam pengimplementasian kompetensi profesional guru
diantaranya adalah:
· Pemangku kepentingan (pemerintah pusat dan daerah)
mengkaji ulang kebutuhan riil guru di lapangan.
· Pemangku kepentingan melakukan evaluasi akhir tahun
ajaran untuk mengetahui rasio jumlah guru terhadap jumlah peserta didik pada
setiap satuan pendidikan.
· Terlalu banyak guru di suatu sekolah dapat diatasi
dengan melakukan mutasi ke sekolah lain yang kekurangan.
· Pemangku kepentingan hendaknya melakukan kajian yang
mendalam dalam pengangkatan jabatan kepala sekolah.
· Guru-guru dapat melakukan class action research (PTK)
yang dapat dituangkan sebagai karya tulis berbentuk penelitian.
· Diadakannya seminar tentang pembelajaran yang tepat,
yaitu bagaimana cara mengajar agar guru tidak lagi merasa bahwa cara-cara
kreatif dianggab memberatkan tugas namun menjadi tugas yang menyenangkan dan
yang utama tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai,
· Memfasilitasi para guru dengan alat yang sesuai dengan
pendidikan, missal komputer ataupun laptop dengan difasilitasi internet, minimal
dalam satu sekolah disediakan satu atau beberapa teknologi tersebut, sehingga
guru dapat memperoleh informasi dari teknologi tersebut ataupun dengan
berlangganan Koran sehingga berita yang didapat selalu update.
· Menyediakan kelengkapan komputer di sekolah, maka guru
dapat lebih mudah dalam melakukan analisis hasil belajar siswa, menghitung
nilai kriteria ketuntasan minimum yang selama ini masih tidak berdasarkan
perhitungan yang benar, membuat data base siswa dan guru, serta
kemudahan-kemudahan lainnya.
· Masalah kurangnya kemampuan guru dalam menggunakan
komputer dapat diatasi dengan melakukan pelatihan kepada para guru tersebut.
· Pemaksimalan pelatihan dalam lembaga pendidikan
prajabatan.
· Usaha meningkatkan penguasaan materi.
· Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Pendalaman
materi dari guru, oleh guru, dan untuk guru.
Keterkaitan dengan SK-KD Pengindraan Jauh
Keterkaitan dengan SK-KD Pengindraan Jauh
Dalam hal
ini yang akan dibahas adalah pembelajaran geografi yang seharusnya diwujudkan
atau diajarkan karena pada kenyataannya pembelajaran yang diberikan tidak
sesuai dengan pembelajaran yang seharusnya. Bab ini akan membahas tentang
bagaimana pembelajaran geografi pada materi pemanfaatan pengindraan jauh yang
ideal yang diajarkan pada siswa kelas XII Semester pertama. Dalam realita
pembelajaran buku referensi yang digunakan sudah sesuai di SMA (buku sekolah
terbitan Kemendiknas) sudah sesuai standar buku referensi yang digunakan.
Buku-buku tersebut anara lain nuansa geografi tulisan septiani rahayu, eni
wiji, dan mariyadi yang diterbitkan PT Widya Duta Grafika 2009; Geografi 3,
Jelajah bumi dan alam semesta, tulisan hartanto, terbitan CV Citra Praya 2009;
dan Geografi untuk SMA/MA kelas XII, tulisan Nurmala Dewi terbita CV Eplison
2009. Buku-buku tersebut sudah sesuai dengan buku tulisan Sutanto, Pengindraan
Jauh, terbitan gajah mada press dalam hal materi pembelajaran. Namun, dalam
penyampaian materi PJ tersebut, terkadang masih kurang sesuai dengan
pembelajaran ideal yang diterapkan, karena pada umumnya guru ketika menyampaikan
materi Pengindraan Jauh hanya dengan pembelajaran yang seadanya, seharusnya
dalam penyajian materi Pengindraan Jauh ini, guru bisa menyampaikan materi
disertai media yang sesuai, seperti Citra Ikonos, Foto Udara Pankromatik, Citra
Landsat, dll, dan cakupan media tersebut adalah wilayah yang dekat dimana
materi tersebut diajarkan( wilayah di sekitar sekolah tersebut berada), dengan
demikian, siswa akan lebih tertarik untuk mempelajari materi Pengindraan Jauh.
Dalam
pembelajaran geografi materi Pengindraan Jauh ini, guru tidak hanya dituntut
penyampaiannya dengan metode yang standar, tetapi juga dituntut untuk
menggunakan media yang representatif. Guru juga harus berinovasi. Pembelajaran
Pengindraan Jauh akan sangat baik jika disampaikan menggunakan deskripsi gambar
(citra, foto udara) supaya siswa tidak hanya meraba-raba bagaimana citra ikonos
itu, bagaimana Foto udara Pankromatik hitam putih itu, bagaimana citra thermal
itu dan media Pengindraan Jauh yang lain dengan tidak kepastian, terapi benar-benar
apa dan bagaimana pemanfaatan citra Pengindraan Jauh tersebut. Juga dalam
evaluasi pembelajaran harus sesuai, pengindraan jauh tidak hanya bisa dievalusi
secara tertulis, tetapi siswa juga diajarai bagaimana pengintepresasian citra
tersebut. Karena goal dari SK-KD ini adalah siswa mampu mengintepretasi
pengindraan auh dengan baik.
Referensi
· Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
· Lillesand, Kiefer, Penginderaan jauh dan Interpretasi Citra, Gajah Mada University
Press, 1990.
· Howard, A.John., Pengindraan Jauh untuk Sumberdaya Hutan, Gajah Mada University Press, 1996.
· Dalhoeni,
nathanael, pengantar geografi, 1982